Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis.

Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam.

Get the latest news!

Peradaban hanyalah bisa diciptakan oleh makhluk Allah yang paling sempurna, yaitu manusia. Manusia dikaruniai lebih aqal dan nafsu untuk menjalankan amanah yang makhluk lainnya pun tidak mau menerima amanah itu dari Allah. Sungguh suatu tantangan dan tanggung jawab yang harus kita jalani dalam rangka menjalankan ibadah kepada Allah dengan menegakkan kalimatullah di muka bum.
                Syiar Islam yang syumul, mutakamil, dan puncaknya adalah islam memimpin dunia itulah suatu fase dimana peradaban di muka bumi ini menjadi peradaban paling besar. inilah salah satu misi kita dalam mengemban amanah ini. Misi yang dicontohkan Rosulullah saw. dimana beliau mendirikan peradaban negara madinah dan sekaligus sebagai pemimpinnya. Dan sungguh luar biasa apa yang telah Rosulullah dan para sahabat telah lakukan untuk menyampaikan wahyu dari Allah swt. Sehingga sinar dinnya masih terasakan hingga saat ini.
                Perjuangan beliau ini tidak semudah apa yang kita bayangkan ketika membaca sirahnya. Dalam menciptakkan Islam sehingga sekarang ini islam menjadi suatu ‘peradaban’ yang agung telah terkorbankan banyak darah dan nyawa para mujahid. Disinalah sebenaranya keindahan Rosulullah dan para sahabat dalam mengarsiteki peradaban yang sekarang ini masih bisa kita rasakan.
                Lantas apakah rahasia manusia-manusia pilihan Allah dalam mengarsiteki peradaban ini? Jawaban inilah yang harus kita amalkan demi melanjutkan perjuangan mereka dalam menegakkan kalimatullah di muka bumi ini. Sedikit yang bisa kita ambil suatu ibrah pada zaman mereka adalah bahwasannya mereka memiliki sistem, mental/watak, kekuatan dan keberdayaan yang tinggi daripada kaum yang lainnya.
                Rosulullah dan para sahabat memiliki sistem yang ‘cantik’ dalam mendirikan negara madinah pada waktu itu. Kepiawaian Rosulullah dalam menciptakan sistem untuk kondisi masyarakat madinah pada zaman itu adalah salah prestasi keteladanan beliau. Beliau berda’wah dari makkah sampai madinah penuh dengan maneuver yang patut kita teladani.
                Mental yang dibangun rosululllah kepada para sahabat adalah sebuah mental yang Islami. Mental ini erat kaitannya dengan sistem yang dibentuk oleh rosulullah. Mental/watak seorang dai dapat kita lihat dari keteladanan rosulullah saw., Abu Bakar as Siddiq, Umar bin Khatab dan para sahabat lainnya. Tak terkecuali para thabi’in, thabiut thabi’in sesudah era kekhalifahan hingga seorang pemimpin kekhilafahan seperti Umar bin Abdul Aziz. Dari sejarah itu membuktikan bahwa umat islam memiliki watak yang mulia dan kuat. Semua dilakukan dengan penuh tindakan yang nyata, bukan hanya omongan belaka.
                Kekuatan umat muslim sejatinya telah digambarkan dalam Al-Quran dan itulah yang harus kita manfaatkan. Namun sungguh kekuatan umat muslim sekarang ini memang masih perlu mendapat perhatian yang lebih. Umat muslim dinisbatkan sebagai umat terbaik sehingga dibekali dengan aqidah dan tuntunan yang mulia sehingga umat muslim memiliki kekuatan yang lebih dari umat lainnya. Namun kenyataan pada hari ini adalah bahwasannya kekuatan umat muslim ‘seperti’ di bawah rata-rata dari umat manusia di bumi ini. Mulai kekuatan pikiran hingga kekuatan materi umat muslim masih mudah dilemahkan.
                Kekuatan yang dimiliki umat muslim saat ini menimbulkan suatu ketidakberdayaan umat muslim sendiri dalam mengatasi sebuah tantangan jihad. Dianjurkan oleh Rosulullah bahwa kita harus berdoa kepada Allah untuk selalu terhindar dari ketidakberdayaan. Sebuah hikmah yang dapat kita ambil dari pelajaran ini adalah sebuah pertanyaan bahwa untuk apa umat muslim diciptakan jika pada akhirnya hanya menimbulkan suatu ketidakberdayaan.
                Dan sebuah peringatan yang besar bagi umat muslim bahwa proses kita sekarang ini harus senantiasa sesuai dengan jalur yang Allah wahyukan dalam Al Quran bukan undang-undang dari dewan,sesuai dan sunnah rosul bukan “bid’ah” jahiliyah, sehingga pada jalan kita menuju shahwah islamiyah menjadi sebuah jalan yang diridhoi oleh Allah swt.


Tanaman kencur memiliki ciri-ciri daun lebar dan ada juga yang sempit, tangkai daun pendek, pelepah terbenam tanah, berwarna putih, bunga tunggal berbentuk terompet, benang sari berwarna kuning, putik berwarna putih/ putih keunguan, akar serabut berwarna coklat kekuningan, mrimpang pendek berwarna coklar, berbentuk jari dan tumpul, bagian luar bersisik, daging rimpang tidak keras, rapuh, mudah patah dan bergetah, berbau harum dan rasa pedas yang khas.
Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu-jamuan), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik, kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, dan sakit perut. Minyak atsiri dalam kencur mengandung etil sinamat dan etil parametoksi sinamat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika dan sebagai obat asma dan jamur. Banyaknya manfaat kencur memungkinkan pembudidayaannya dilakukan secara intensif.
Dalam kencur terdapat minyak atsiri yang mengandung etil parametoksi sinamat. Etil parametoksi sinamat merupakan kandungan utama kencur. Etil parametoksi sinamat merupakan senyawa turunan fenol. Adapun struktur etil parametoksi sinamat sebagai berikut :









Struktur Etil p-metoksi sinamat

Etil parametoksi sinamat memiliki aktivitas analgetik dan diduga bertanggung jawab pula terhadap efek penambah nafsu makan. Sebagai turunan fenol, etil parametoksi sinamat dapat dideteksi dengan anisaldehid asam sulfat dan vanilin asam sulfat. Sebagai ester asam sinamat dengan gugus fenol termetilasi, senyawa ini memiliki polaritas relatif tinggi. Etil parametoksi sinamat larut baik dalam heksan, protelum eter, larut juga dalam etanol, dan tidak larut dalam air.
Isolasi etil parametoksi sinamat dilakukan dengan cara maserasi, serbuk rimpang kencur ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan etanol 95%. Kemudian digojog sesekali selama 5 jam dan dibiarkan termaserasi selama 1 minggu agar etil parametoksi sinamat tersari sempurna.
Maserasi merupakan suatu proses ekstraksi dingin yang berprinsip pada difusi. Metode maserasi menitikberatkan pada perendaman dan penggojogan dan menggunakan prinsip perendaman serbuk di dalam cairan penyari. Dengan perendaman, susunan sel pada serbuk kencur akan luruh, sehingga zat aktif yang terkandung di dalam bahan tersebut akan larut ke dalam cairan penyari. Penyari yang digunakan adalah etanol karena etil parametoksi sinamat larut dalam etanol. Sampel bahan yang digunakan berupa serbuk agar luas permukaan kontak antara bahan dan penyari besar sehingga penyarian lebih sempurna. Penggojogan dilakukan dengan tujuan agar pelarut dapat mengalir secara berulang-ulang ke dalam serbuk halus. Larutnya zat aktif akan terjadi apabila cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel. Di dalam rongga sel inilah terdapat zat aktif yang  dapat larut dalam cairan penyari. Proses keluarnya zat aktif dari rongga sel disebabkan karena adanya perbedaan kadar antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, sehingga terjadi difusi zat aktif ke luar sel. Oleh karena itu, pada proses maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk mengacaukan gradien konsentrasi larutan zat aktif di luar sel sehingga konsentrasi zat aktif di luar sel pada tiap bagian larutan sama besar. Hal ini akan memudahkan terjadinya proses difusi zat aktif dari dalam ke luar sel. Gradien konsentrasi adalah kondisi dimana konsentrasi zat aktif dalam larutan di luar sel paling besar terdapat di daerah yang dekat dengan sampel yang dimaserasi. Makin jauh dari sampel yang termaserasi, konsentrasi zat aktif yang terlarut di luar sel makin sedikit.
Setelah termaserasi selama 1 minggu, filtrat dan endapan dipisahkan dengan penyaringan. Di dalam filtrat terkandung etil parametoksi sinamat, sehingga filtrat harus dipisahkan dari endapan. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan porselen di atas penangas air sampai didapat volume kira-kira 10 ml. Selanjutnya filtrat dimasukkan dalam erlenmeyer dan sisa filtrat yang tertinggal di cawan porselen dicuci dengan 5 ml etanol 95% lalu dicampurkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya dilakukan kristalisasi dengan menyimpan filtrat dalam lemari es. Prinsip kristalisasi adalah perbedaan kelarutan pada keadaan panas dan dingin. Pada keadaan dingin, etil parametoksi sinamat tidak larut sehingga dapat dipisahkan dari pelarutnya (etanol 95%) dengan penyaringan. Tujuan penguapan adalah untuk memekatkan sari etanol sehingga larutan jenuh dan pembentukan kristal akan lebih mudah terjadi. Dalam keadaan dingin, etil parametoksi sinamat tidak larut sehingga akan menjadi kristal. Pengkristalan dilakukan selama minimal 24 jam. Dalam praktikum ini, kristalisasi dilakukan selama 1 minggu sampai praktikum berikutnya.
Kristal yang diperoleh dipisahkan dari filtrat dengan penyaringan. Kemudian dikeringkan untuk menghilangkan sisa-sisa cairan. Dari kristal yang didapat dilakukan identifikasi meliputi uji kelarutan dalam proteleum eter, titik lebur, pengamatan bentuk kristal secara mikroskopi dan analisis kualitatif secara kromatografi lapis tipis.
Dari hasil percobaan, kristal yang didapatkan dari semua kelompok 1 golongan praktikum sangat sedikit sekali. Setelah disaring dan dikeringkan, tidak ada kristal yang tersisa dalam kertas saring. Hal ini mungkin terjadi karena penggojogan saat penyarian kurang kuat atau kurang sering digojog sehingga etil parametoksi sinamat kurang tersari. Dapat juga disebabkan karena kesalahan saat pengeringan. Mungkin suhu yang digunakan terlalu tinggi, melebihi titik lebur etil parametoksi sinamat sehingga pada saat dikeringkan kristal malah melebur.
Karena tidak didapatkan kristal, seharusnya filtrat sisa hasil penyaringan diuapkan kembali dan didinginkan agar terbentuk kristal. Namun, karena ketidaktahuan praktikan, filtrat sisa hasil penyaringan terlanjur dibuang dan hanya tinggal filtrat sisa hasil penyaringan dari 1 kelompok yang belum dibuang sehingga 1 golongan praktikum menggunakan data dari 1 kelompok tersebut untuk digunakan analisis KLT. Sedangkan karena tidak terbentuk kristal maka karekterisasi kristal, seperti pengamatan bentuk kristal di bawah mikroskop, titik lebur kristal, dan juga kelarutan pada proteleum eter, etanol 95%, dan dalam air tidak dapat dilakukan.

Untuk analisis KLT, kertas saring yang telah digunakan untuk menyaring kristal direndam dalam etanol 95% sehingga etil parametoksi sinamat yang tersisa dalam kertas saring dapat larut dan sari tersebut digunakan untuk sampel KLT. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254. Fase diam ini terdiri dari lempeng silika yang dilapisi gypsum dan senyawa berfluoresensi di bawah UV 254. Jika terdapat senyawa (bercak) yang dapat mengabsorpsi sinar UV, maka akan terjadi peredaman pada lempeng silika karena sebagian energi diserap oleh senyawa tersebut, sehingga lempeng silika tidak berfluoresensi. Fase diam ini bersifat polar. Fase gerak yang dipilih bersifat non polar, yaitu toluene. Dengan demikian senyawa-senyawa non polar akan lebih mudah terbawa fase gerak. Sedangkan senyawa-senyawa polar akan lebih tertahan pada fase diam.
Sampel ditotolkan pada plat KLT sampai timbul spot jika diamati di bawah sinar UV. Totolan jangan terlalu besar dan tebal agar tidak terjadi tailing. Sebagai pembanding digunakan etil parametoksi sinamat standar. Plat dicelupkan ke dalam bejana yang telah dijenuhi fase gerak dan dielusi samapai jarak 8 cm. Setelah dielusi, plat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan kemudian diamati di bawah sinar UV 254 dan 366 nm.
Setelah di lakukan tahapan analisis, didapat hasil pada pengamatan di bawah sinar tampak pengelusian berupa 1 bercak dari larutan pembanding etil parametoksi sinamat dengan Rf 0,3375. Sedangkan untuk sampel karena kadarnya sangat kecil sehingga tidak terlihat adanya bercak pada pengamatan di bawah sinar tampak.
Dari hasil dari TLC scanner pada UV 254 diperoleh 2 track dengan Rf larutan pembanding etil parametoksi sinamat sebesar 0,33 dan untuk sampel Rf-nya 0,10, sedangkan pada UV 366 diperoleh 2 track juga dengan Rf  larutan pembanding etil parametoksi sinamat sebesar 0,30 dan untuk sampel Rf-nya 0,10.
Harga Rf menunjukkan kepolaran dari suatu senyawa. Fase gerak pada sistem KLT menggunakan toluena yang bersifat kurang polar dibandingkan dengan fase diam silika gel GF 254. Sehingga senyawa etil parametoksi sinamat yang bersifat sangat polar akan lebih tertahan di fase diam. Akibatnya larutan pembanding yang berupa etil parametoksi sinamat standar dan juga larutan sampel memilki harga Rf yang kecil karena kurang terelusi. Perbedaan Rf yang agak besar antara larutan pembanding dan larutan sampel mungkin disebabkan karena sampel yang ditotolkan tidak murni dan banyak mengandung senyawa-senyawa pengotor.
Dari hasil TLC scanner diperoleh luas area dari larutan pembanding dan juga larutan sampel yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung kadar etil parametoksi sinamat yang berada dalam sampel. Dari hasil perhitungan diperoleh kadar etil parametoksi sinamat yang berada dalam sampel pada UV 254 sebesar 9,5231% sedangkan pada UV 366 diperoleh kadar etil parametoksi sinamat yang berada dalam sampel sebesar 2,7933%. Perbedaan nilai kadar etil parametoksi sinamat yang berada dalam sampel pada deteksi di UV 254 dan 366 nm mungkin disebabkan perbedaan dari sensitivitas dari masing-masing detektor yang meliputi UV 254 dan UV 366 nm.
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Mahasiswa Etos Jogja

sapa areb melu?